International Conference of Oil Palm and Environment (ICOPE) 2025 jadi ruang berkolaborasi dalam merumuskan formula keberlanjutan, iklim, dan transformasi industri minyak sawit yang ramah iklim dan lingkungan.
Kementerian Kehutanan mengharapkan rekomendasi ICOPE 2025 dapat memberikan solusi komprenhensif dalam integrasi sawit dengan alam. Hal ini disampaikan Saparis Soedarjanto, Sekretaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Kehutanan dalam jumpa pers di Sanur, Bali, Kamis (13/02/2025).
“Kementerian Kehutanan menunggu hasil rekomendasi ICOPE 2025 yang dapat menjawab persoalan kehutanan dan lingkungan secara komprehensif, terkait dengan tema hari ini tentang integrasi kelapa sawit di alam,” ujar Saparis. Saparis mengatakan budidaya kelapa sawit telah menjadi basis pertumbuhan ekonomi dan sumber mata pencaharian masyarakat. Pertumbuhan penduduk Indonesia antara tahun 2010-2020 adalah 1,25% per tahun. Tingkat pertumbuhan ini lebih tinggi dari proyeksi tingkat pertumbuhan dalam skenario toleransi sebesar 1,18% untuk tahun 2010.
“Perkebunan kelapa sawit harus menggunakan pendekatan yang lebih holistik yang mengintegrasikan budidaya kelapa sawit dengan ekosistem alami seperti kawasan hutan,” tambahnya.
Hal ini dapat dicapai, kata Saparis, melalui sistem agroforestry yang menggabungkan kelapa sawit dengan tanaman produktif lainnya, dan konservasi keanekaragaman hayati seperti membangun koridor satwa liar untuk menghubungkan petak-petak hutan yang terfragmentasi
“Integrasi Hutan Bernilai Konservasi Tinggi (HCVF) ke dalam budidaya kelapa sawit dari sudut pandang Kementerian Kehutanan dipandang sebagai langkah yang bertanggung jawab untuk memastikan praktik pengelolaan berkelanjutan yang menyeimbangkan kebutuhan ekonomi dengan pertimbangan lingkungan dan sosial,” pungkasnya.
Sumber Berita : https://sawitindonesia.com